• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Pertalite

10:00 // by Unknown // ,

Pertalite resmi hadir dan secara khusus diluncurkan sebagai alternatif bahan bakar selain premium. Dengan kelas kualitas di atas premium, namun dengan harga yang masih di bawah pertamax. Jelas bagi sebagian masyarakat merupakan angin segar sebagai alternatif bahan bakar.

Pertalite yang untuk sementara masih disosialisasikan di SPBU yang terletak di jalan tol menawarkan beberapa kelebihan, sekaligus kekurangan yang berada dalam satu paket. Dan otomatis hal tersebut akan jadi wacana bagi masyarakat menengah ke bawah untuk menentukan moda transportasi yang akan dipilih

Berikut ada 5 hal positif dari eksistensi Pertalite. Beberapa efek dari Pertalite sebagai pertimbangan untuk memilih bahan bakar yang tepat bagi Otolovers sekalian. Mari disimak!

1. Kualitas

Kadar oktan premium yang 'hanya' 88 secara teknis, tentu saja hanya akan 'recommended' untuk beberapa jenis kendaraan dengan kompresi di bawah 9,0:1. Walhasil, kendaraan dengan kompresi mesin di atas 9,0 dan kemudian diberi minum premium, maka akan mengalami degradasi kualitas performa.

Pertalite hadir dengan oktan 90-91, memberikan alternatif bahan bakar yang jauh lebih baik. Dan eksistensi non timbal memberikan kualitas kebersihan ruang bahan bakar. Selain itu, oktan yang sesuai dengan kompresi mesin akan membuat tarikan kendaraan jadi lebih enteng.

2. Beban Impor

Sudah jadi rahasia umum bahwa beban impor dari premium sangatlah besar. Itulah kenapa pemerintah seringkali menanggung beban impor sedemikian besar, sehingga menuntut kebutuhan subsidi yang juga cukup besar. Dan Pertalite kabarnya memberikan potensi untuk mengurangi beban impor.

Yang terjadi sampai dengan detik ini adalah bahwa kapasitas kilang premium di dalam negeri mampu untuk memasok tidak lebih dari 40 persen dari kebutuhan, terutama bahan bakar premium. Sementara impor mencapai 60 persen. Dan pertalite diyakini bisa mengurangi kebutuhan impor tersebut.

3. Alternatif

Secara performa dan kebutuhan, oktan 92 memang jadi alternatif terbaik bagi banyak kendaraan dengan spesifikasi kompresi mesin 9,0:1 ke atas. Karena Pertamax sendiri juga jadi salah satu bahan bakar yang punya kadar oktan setara dan punya standar luar negeri.

Sementara di sisi lain, kebutuhan bahan bakar yang terjangkau, meskipun dengan selisih ratusan rupiah saja akan sangat mempengaruhi kemampuan ekonomis masyarakat yang menengah ke bawah. Pertamax secara harga lebih mahal daripada premium. Pertalite memiliki harga yang lebih murah, namun cukup untuk memenuhi standart EURO 4 bagi kendaraan.

4. Produk Luar

Beberapa SPBU di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta milik Pertamina jadi dipandang sebelah mata oleh masyarakat menengah ke atas, terutama para pemilik mobil mewah yang lebih mengandalkan SPBU yang berasal dari luar negeri. Yang dianggap memiliki kualitas lebih baik.

Sementara itu, Pertalite memberikan peluang bagi masyarakat menengah untuk membuktikan bahwa kualitas bahan bakar yang satu ini punya kesetaraan dan keseimbangan bahkan lebih 'affordable' bagi masyarakat. Selain itu, kebanggaan bagi masyarakat Indonesia memiliki produk yang bisa dibanggakan di dalam negeri sendiri.

5. Dependensi

Kenaikan dan penurunan harga dari Premium seringkali membuat masyarakat kelas menengah ke bawah jadi pontang-panting saat terjadi. Pada akhirnya, masyarakat tersebut seperti 'menganakemaskan' bahan bakar dengan oktan 88 tersebut. Pada akhirnya premium semacam tidak tergantikan.

Keberadaan premium bagi masyarakat yang sehari-harinya menggunakan Premium otomatis akan keberatan jika saat Premium harus digantikan dan kemudian langsung diganti Pertamax. Pertalite akan memberikan alternatif bahan bakar dengan kualitas lebih baik daripada Premium.